Mahasiswa program studi Ilmu komputer Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah A.R Fachruddin
Strategi Menghindari Plagiarisme dalam Penulisan Ilmiah
Sabtu, 12 Juli 2025 16:03 WIB
Strategi dalam menerapkan sikap anti plagiarisme dalam penulisan ilmiah
Tindakan plagiarisme masih menjadi persoalan serius dalam lingkungan akademik. Di banyak universitas, praktik ini berpotensi merusak reputasi institusi, menurunkan kualitas hasil riset, serta melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan tinggi (Hestiani & Suriyani, 2023). Fenomena ini semakin menguat karena kemudahan memperoleh informasi secara digital yang sering kali mendorong individu untuk melakukan plagiarisme, baik secara sadar maupun tidak (Adiyati & Supriyanto, 2021). Oleh karena itu, pihak terkait harus menerapkan langkah-langkah pencegahan secara sistematis dan konsisten
Plagiarisme merujuk pada perbuatan menyalin atau menggunakan gagasan, kata-kata, maupun karya milik orang lain, lalu mengakuinya seolah sebagai karya sendiri tanpa mencantumkan sumber yang sah (Santoso, 2022). Jenis pelanggaran ini dapat berupa penyalinan satu kalimat, satu paragraf, hingga keseluruhan dokumen ilmiah (Adiyati & Supriyanto, 2021). Jika suatu karya tulis terbukti mengandung unsur plagiat, maka penerbitan karya tersebut dapat dibatalkan, penulis dikenai sanksi, dan reputasi lembaga akademik tempatnya bernaung bisa tercemar (Hestiani & Suriyani, 2023).
Faktor Penyebab Plagiarisme
Berbagai faktor turut memicu terjadinya plagiarisme di lingkungan akademik. Salah satu penyebab utama adalah tekanan dalam dunia pendidikan tinggi yang sering kali mendorong mahasiswa memilih cara instan, seperti menyalin karya orang lain (Adiyati & Supriyanto, 2021). Selain itu, kurangnya pemahaman tentang teknik penulisan kutipan dan penggunaan referensi secara benar juga menjadi faktor penyumbang (Lubis et al., 2023). Tidak hanya itu, budaya serba cepat di kalangan akademisi, termasuk pustakawan dan dosen yang berorientasi pada perolehan angka kredit atau kecepatan publikasi, turut memperburuk situasi (Santoso, 2022).
Hasil studi yang dilakukan oleh Nurdin et al. (2019, dalam Adiyati & Supriyanto, 2021) menunjukkan bahwa perilaku menyalin-tempel dari internet menjadi salah satu penyebab maraknya plagiarisme. Banyak mahasiswa yang belum menyadari bahwa tindakan mengutip tanpa mencantumkan sumber merupakan pelanggaran terhadap etika akademik. Kurangnya pengawasan yang ketat serta ketidaktegasan dalam penerapan sanksi telah memperparah penyebaran praktik plagiat di dunia pendidikan tinggi.
Dampak Plagiarisme
Tindakan plagiarisme menimbulkan konsekuensi yang berat. Pelaku dapat menerima sanksi akademik, seperti pencabutan gelar, pembatalan publikasi ilmiah, hingga hilangnya kepercayaan dari masyarakat luas (Santoso, 2022). Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pelaku, tetapi juga merugikan penulis asli, audiens pembaca, serta mencoreng nama baik institusi pendidikan (Hestiani & Suriyani, 2023). Dalam jangka panjang, penyebaran praktik plagiarisme berpotensi melemahkan integritas budaya riset yang menjunjung kejujuran ilmiah (Adiyati & Supriyanto, 2021).
Strategi Menghindari Plagiarisme
Pendidikan Etika Akademik Sejak Awal
Langkah awal dalam mencegah praktik plagiarisme dimulai dengan menanamkan nilai-nilai etika akademik secara konsisten (Hestiani & Suriyani, 2023). Mahasiswa perlu diajarkan untuk menjunjung kejujuran, bertanggung jawab, serta menjaga integritas dalam setiap proses akademik. Edukasi mengenai aturan dan sanksi plagiarisme perlu disosialisasikan secara berkala agar mereka memahami risiko dan mampu menghindarinya (Santoso, 2022).Dalam era digital yang serba cepat, pendidikan karakter digital juga wajib diperkuat. Setiap penulis dituntut untuk mampu memilah informasi secara kritis dan tetap menghargai hak cipta serta karya intelektual pihak lain (Arifin, 2025).
Kemampuan Mengutip dan Menyusun Referensi
Kesalahan dalam teknik kutipan merupakan penyebab umum terjadinya plagiarisme (Sari & Adam, 2021). Oleh karena itu, mahasiswa wajib menguasai gaya penulisan referensi yang tepat, seperti APA, MLA, atau Chicago Style. Proses pelatihan menulis kutipan langsung, parafrase, dan penyusunan daftar pustaka harus diberikan secara berkelanjutan agar mahasiswa dapat menghindari kesalahan teknis dalam penulisan ilmiah.
Pentingnya Keterampilan Parafrase
Kemampuan parafrase menjadi keterampilan mendasar yang harus dimiliki dalam menulis karya ilmiah. Dengan mengungkapkan kembali ide orang lain menggunakan kalimat sendiri, penulis dapat menjaga orisinalitas naskah tanpa mengubah makna dasar dari sumber aslinya (Lubis et al., 2023). Teknik ini mendukung kesinambungan alur tulisan dan melindungi penulis dari tuduhan plagiarisme.
Menggunakan Aplikasi Manajemen Referensi
Pemanfaatan teknologi digital dapat membantu mencegah plagiarisme secara efektif. Aplikasi seperti Mendeley memungkinkan penulis untuk mengatur sitasi dan daftar pustaka secara otomatis (Sari & Adam, 2021). Dengan bantuan perangkat lunak ini, kesalahan teknis dalam penulisan referensi dapat dikurangi secara signifikan.
Pelatihan dalam penggunaan aplikasi referensi tersebut terbukti mampu meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya penulisan sumber secara benar (Dewi et al., 2024). Selain itu, banyak perguruan tinggi kini mewajibkan mahasiswa untuk mengunggah karya ilmiahnya ke perangkat lunak pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin sebelum dinyatakan lulus (Hestiani & Suriyani, 2023).
Penerapan Sanksi yang Tegas
Upaya pencegahan akan kurang efektif tanpa adanya penegakan hukum internal yang tegas. Institusi akademik harus memberlakukan aturan disipliner, mulai dari teguran ringan, penundaan kelulusan, hingga pencabutan ijazah jika diperlukan (Santoso, 2022). Kebijakan ini tidak hanya menimbulkan efek jera, tetapi juga memperkuat komitmen terhadap etika akademik.
Bimbingan Intensif dan Pengawasan Rutin
Peran dosen pembimbing sangat penting dalam mencegah terjadinya plagiarisme. Proses bimbingan yang intens, diskusi yang terbuka, serta pengecekan naskah secara berkala memungkinkan deteksi dini terhadap indikasi plagiat. Interaksi yang terbuka antara mahasiswa dan dosen mendorong terciptanya lingkungan akademik yang jujur dan transparan.
Pembentukan Budaya Akademik yang Etis
Pihak pimpinan universitas memiliki tanggung jawab untuk membangun iklim akademik yang menjunjung nilai kejujuran (Santoso, 2022). Kampus sebaiknya secara rutin mengadakan pelatihan penulisan ilmiah, menyosialisasikan kode etik, serta memberikan penghargaan kepada penulis yang menghasilkan karya orisinal. Dengan demikian, kebanggaan terhadap karya sendiri akan tumbuh di kalangan sivitas akademika.
Peningkatan Literasi Digital dan Pemahaman Etika Siber
Setiap mahasiswa perlu dibekali dengan kemampuan literasi digital yang baik. Mereka harus mampu mengenali risiko hukum dari tindakan plagiat, seperti pelanggaran hak cipta dan tuntutan hukum (Adiyati & Supriyanto, 2021). Pemahaman ini akan mendorong mahasiswa lebih berhati-hati saat mengutip dari sumber internet dan meminimalkan peluang terjadinya pelanggaran etika.
Kesimpulan
Plagiarisme merupakan bentuk pelanggaran berat yang merusak nilai-nilai integritas dalam dunia akademik. Karena itu, setiap insan akademik perlu menyadari bahwa proses menulis mencerminkan kejujuran dalam berpikir dan bertindak secara intelektual. Untuk mengurangi praktik ini, diperlukan pendekatan komprehensif melalui edukasi yang tepat, bimbingan akademik yang intensif, penegakan regulasi yang konsisten, serta pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu utama (Hestiani & Suriyani, 2023).
Oleh sebab itu, upaya pencegahan plagiarisme harus dilaksanakan secara menyeluruh, melibatkan peran individu, dosen pembimbing, hingga kebijakan dari institusi pendidikan. Setiap penulis dituntut untuk menjunjung tinggi prinsip etika akademik, menerapkan teknik parafrase yang baik, menguasai sistem sitasi yang tepat, memanfaatkan teknologi digital, dan ikut membangun budaya akademik yang berlandaskan kejujuran serta tanggung jawab.
Hanya melalui karya ilmiah yang otentik, mutu riset nasional dapat terus berkembang. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan akan tumbuh kembali, dan generasi muda pun mampu tampil sebagai sosok akademisi berkarakter kuat yang relevan di era teknologi.
Daftar Pustaka
- Adiyati, G. C., & Supriyanto, A. (2021). Penyebab dan dampak bagi seseorang yang melakukan tindakan plagiarisme dalam penulisan karya ilmiah. Seminar Nasional Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
- Arifin, N. (2025). Pendidikan karakter di era digital. Tahta Media Group.
- Dewi, I. R., Safitri, T. A., & Rahmanina, A. R. (2024). Pelatihan mencegah plagiarisme dengan parafrase dan Mendeley reference manager untuk mahasiswa MBKM Riset FEB Unsoed. Jurnal Pengabdian Bisnis dan Akuntansi (JPBA), 3(2).
- Hestiani, D., & Suriyani, A. (2023). Upaya penanganan plagiarisme di institusi perguruan tinggi. Jurnal Indopedia, 1(4).
- Lubis, F., Silaban, A. F., Siregar, A. S. A. J., Girsang, A. A., Situmorang, D. N. B., Purba, G. S. A., Siregar, N. A., & Devi, T. A. (2023). Analisis pentingnya parafrase pada penulisan artikel ilmiah sebagai upaya menghindari plagiarisme. Jurnal Pendidikan Non-Formal, 1(2). https://doi.org/10.47134/jpn.v1i2.150
- Nurdin, M., Istiana, D., & Purwoko, B. (2019). [Sumber internal, dikutip oleh Adiyati & Supriyanto, 2021].
- Santoso, H. (2022). Pencegahan dan penanggulangan plagiarisme dalam penulisan karya ilmiah di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi. Pustakawan Madya Universitas Negeri Malang.
Sari, N. P., & Adam, L. N. (2021). Upaya pencegahan plagiarisme dengan menggunakan aplikasi Mendeley dalam melakukan penulisan sitasi dan referensi. Selaparang: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(3).

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Bukan Sekadar Formalitas: Peran Penting Sumber Kutipan dalam Penulisan
Selasa, 15 Juli 2025 17:52 WIB
Strategi Menghindari Plagiarisme dalam Penulisan Ilmiah
Sabtu, 12 Juli 2025 16:03 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler